Gunung Silanu, Romantisme dan Pesona Sukun Parang Benrong

Jeneponto.,- Perjalanan dari kota Bontosunggu Jeneponto menuju  Desa Gunung Silanu Kecamatan Bangkala ditempuh sekitar 1 jam. Jarak desa ini pun sekitar 7 kilometer ke arah utara dari Kota Allu, ibukota Kecamatan Bangkala.

Pada Jumat, 12 Januari 2024, Kepala Dinas Kominfo Jeneponto Sulaeman Natsir, didampingi Sekretaris Agusalim dan Kabid Humas A. Baso Mustopo, bersama tim kameramen Nurhutomo, Zul dan Dion mengunjungi desa ini. Kehadirannya diterima oleh Kepala Desa Gunung Silanu, Nasrullah.

Desa yang terletak di lembah Gunung Silanu ini berhawa sejuk dan menyajikan panorama alam yang asri, hijau, adem dan nyaman.

Kunjungan Kepala Dinas Kominfo dan tim tersebut bertujuan untuk mempublikasi dan meliput potensi desa Gunung Silanu melalui video testimoni Kepala Desa, atas keberhasilan mengembangkan budidaya pohon sukun sebagai salah satu komoditi unggulan dari program prioritas Pj. Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin.

“Ini amanah Bapak Gubernur dan bapak Bupati, untuk kami minta testimoni pak kades sekaligus meliput secara langsung keberhasilan budidaya sukun di desa ni,” ungkap Sulaeman.

Didampingi Kepala Desa, tim melanjutkan perjalanan menuju kawasan perkebunan sukun yang berjarak sekitar 4 kilometer.

Tim harus berganti kendaraan dengan menggunakan mobil pick up karena menurut Kepala Desa, akan melintasi medan jalan yang terjal, sempit, curam dan berbatu.

Dan benar adanya, sepanjang perjalanan, suasana menegangkan terasa saat melintasi jalan tersebut.

"Amboiiii, kita diapit oleh lembah dan bukit. Kitapun sudah hampir berada di puncak Gunung Silanu. Oh Tuhan," tutur Baso "Dody" Mustopo.

Di sepanjang jalan menuju lokasi yang lengang, terlihat pula berbagai potensi pertanian dan perkebunan, selain sawah yang mulai ditanami padi terdapat pula tanaman jagung, pohon jambu mete, tanaman porang, pohon nangka, alfukat dan berbagai tanaman buah lainnya.

"Sumber daya yang sangat potensial dan menjanjikan. Patut dieksplorasi," kata Sulaeman Natsir.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 50 menit, tim tiba di lokasi perkebunan dan disambut dengan ramah oleh warga di kediaman Abd. Majid Dg. Naba.

Lokasi perkebunan sukun rupanya terletak di Dusun Parang Benrong. Dusun yang menurut Kadis Kominfo masih virgin. Kenapa?. Karena terletak di kawasan hutan dan gunung, belum terjamah jaringan listrik, tanpa polusi, udaranya dingin, hawanya sejuk, dan sumber airnya langsung dari mata air pegunungan.

“Di sini belum ada listrik, dan dihuni sekitar 70 Kepala Keluarga,” kata Kades Nasrullah.

Di beranda rumah dan diantara pohon-pohon sukun yang rindang-rimbun dan telah berbuah lebat, perbincangan hangat dibalut keakraban mengalir penuh romantisme.

Suasana semakin hangat ketika buah sukun disuguhkan oleh tuan rumah. Sukunnya disajikan dalam tiga racikan. Digoreng, direbus dan dibakar. 

"Kenyal dan teksturnya lembut. Gurih dan buah ini penuh gizi,” kata Sulaeman.

Alam pun bersahabat. Ketika hujan turun membasahi bumi, semakin menambah sejuk dan dinginnya Parang Benrong.

“Sejuknya. Dingin dan hening. Ngantuk rasanya, pengen tidur,” kata Nurhutomo.

“Produksi dalam setahun sangat melimpah, dan saat ini buah Sukun menjadi pilihan utama bagi warga kami di Parang Benrong. Hasil panen bisa mencapai 40 sampai 50 juta dalam setahun. Harga perbuahnya 8 ribu hingga 15 ribu. Karena itu, kami bersepakat dengan warga, bahwa Gunung Silanu khususnya Parang Benrong dicanangkan sebagai Desa kawasan buah sukun,” ungkap Nasrullah.

“Di sini terdapat pula sumber mata air. Yang berasal dari dalam batu. Sangat jernih dan tanpa ada kotoran di dalamnya. Letaknya jauh, hampir di puncak gunung silanu. Kami beri nama, mata air bidadari,” tambahnya.

Banyak hal yang telah kami diskusikan, dan tidak terasa, sekitar empat jam berada di Parang Benrong. Kawasan perkebunan sukun yang penuh romantisme.

Bersama hujan, sukun dan madu hutan mengiringi kami meninggalkan tempat ini dan merasakan kembali perjalanan pulang yang mencekam.

Terimakasih romantisme dan pesona sukun Parang Benrong. (*)

 

*JayDasrum